Ternyata inilah tantangan yang tengah dihadapi para operator telco saat ini, menurut Eugene van de Weerd (Country Director Frost & Sullivan Indonesia). Penyedia layanan telco Indonesia belum menemukan optimum bisnis model dalam memasarkan layanan data bebarengan dengan layanan tradisional berupa voice dan SMS.
“Di satu sisi, penambahan capex (capital expenditure, red.) untuk pengembangan infrastruktur data cukup tinggi, dan di sisi lainnya penambahan pendapatan (incremental revenue) dari layanan data ini masih kecil,” papar Eugene dalam diskusi panel di event Indonesia International Communication Expo & Conference 2011, di Jakarta.
Penambahan pendapatan yang kurang signifikan itu, masih menurut Eugene, umumnya karena model bisnis data yang masih bersifat gratisan. “Artinya, kita menawarkan aplikasi/konten secara gratis untuk kemudian pelanggan hanya membayar jika perlu penambahan fitur dan konten lainnya,” ujar pria yang sudah berpengalaman lebih dari 20 tahun di ranah bisnis Indonesia ini. Namun ia pun menyadari bahwa pasar Indonesia terbilang sensitif terhadap harga. Hal ini juga tak hanya terjadi di Indonesia. Di beberapa negara lain pun proporsi pendapatan dari layanan voice dan SMS juga masih mendomintasi total revenue operator telco.
No comments:
Post a Comment