Penurunan tanah di Jakarta terjadi karena empat faktor, yakni pengambilan air tanah yang berlebihan, eksploitasi minyak dan gas, beban bangunan, dan konsolidasi alamiah lapisan tanah.
-- Yusuf Effendi Pohan
Akan tetapi, katanya, kedalaman penurunan tanah ini sangat tergantung pada karakteristik tanah itu sendiri sehingga kedalaman amblesan di satu lokasi akan berbeda dibanding amblesan di daerah lain. Penurunan tanah ini juga tidak selalu sama setiap tahunnya.
"Khusus di Jakarta, eksploitasi minyak dan gas tidak ada. Namun, data penurunan ini bersifat parsial dan temporer karena sangat tergantung pada kondisi tanah," kata Yusuf dalam jumpa pers di Balai Kota DKI, Jumat sore.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Energi DKI pada 60 titik pantau di Jakarta dan sekitarnya, wilayah Muara Baru mengalami penurunan tanah paling dalam. Sejak 2002-2010, lokasi ini ambles sedalam 116 cm. Wilayah lain yang mengalami penurunan tanah cukup dalam adalah Cengkareng barat, yakni sedalam 65 cm.
Pada periode yang sama, kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, menurun sedalam 47 cm, sedangkan di kawasan Jalan Thamrin terjadi penurunan sedalam 15 cm. Tanah di selatan Jakarta juga jeblok. Hal ini dibuktikan dengan penurunan sedalam 11 cm di wilayah Cibubur dan sekitarnya.
No comments:
Post a Comment