MUDIK - Sejumlah pemudik berdesakan saat naik ke kapal Gunung Dempo di Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar, Jumat (3/9). Arus mudik di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar, khususnya untuk tujuan Surabaya dan Jakarta, mulai ramai dan puncak lonjakan penumpang diperkirakan terjadi pada H-5 hingga H-3. (Antara) Sabtu, 4 September 2010 JAKARTA (Suara Karya): Menjelang arus mudik Lebaran yang diperkirakan mulai meningkat Sabtu (4/9) ini, pemerintah beserta aparat keamanan melakukan pengecekan persiapan angkutan dari berbagai moda transportasi dan sarana terminal, bandara atau stasiun kereta api. Meski demikian, di sisi lain, ternyata sejumlah ruas jalan yang biasanya merupakan rute arus mudik Lebaran, ternyata masih dalam kondisi rusak dan berpotensi mengganggu kelancaran lalu lintas angkutan darat. Terkait hal ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melarang beroperasinya kendaraan pengangkut (truk) mulai H-4 hingga H-1 Lebaran. Larangan ini bagian dari upaya pengaturan lalu lintas dan pengaturan angkutan barang agar jalur mudik Lebaran bisa lebih lancar. Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Suroyo Alimoeso menjelaskan, kendaraan pengangkut (truk) yang dilarang, khususnya yang mengangkut bahan bangunan dan truk bersumbu lebih dari dua. Juga truk tempelan, truk gandengan, dan truk peti kemas (kontainer). "Waktu pelarangannya berlangsung lima hari. Namun, untuk truk pengangkut angkutan bahan bakar minyak (BBM)/bahan bakar gas (BBG), hewan ternak, bahan pangan, susu, dan barang antaran pos tetap diizinkan. Termasuk untuk air minum dalam kemasan juga masih diizinkan," kata Suroyo di Jakarta, Jumat (3/9). Meski demikian, untuk pengangkutan barang ekspor-impor dengan truk peti kemas yang menuju/dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, dan Tanjung Mas Semarang, tetap tidak diperbolehkan. Truk-truk ini hanya boleh beroperasi jika mendapat persetujuan tertulis atau dispensasi dari kepala dinas perhubungan provinsi bersangkutan. Tanda persetujuan wajib dipasang pada kaca depan kendaraan dan dilaporkan pada hari pertama setelah pemberian persetujuan kepada Dirjen Perhubungan Darat. Sementara itu, Dirjen Perkereta-apian Kemenhub Tundjung Inderawan mengatakan, secara teknis moda kereta api sudah siap melayani arus mudik 2010. Beberapa titik rawan kecelakaan, banjir, dan lainnya sudah diantisipasi secukupnya. Yang menjadi kendala terberat justru banyaknya lintasan liar di sepanjang jalur kereta api (KA), terutama di Jawa. Menurut dia, lebih dari 4.600 lintasan KA dan dari jumlah ini hanya sekitar 1.600 lintasan yang legal, dijaga petugas serta dilengkapi dengan lampu pengingat dan lainnya. "Kini menjadi tugas kita bersama, baik Kemenhub, pemda, polisi, dan masyarakat untuk menertibkan serta menutup lintasan liar tersebut," katanya. Di kesempatan terpisah, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono menggelar apel siaga kesiapan angkutan Lebaran di Stasiun Senen, Jumat (3/9). Menurut dia, pemerintah akan memberikan pelayanan secara maksimal kepada para pemudik Lebaran 2010 ini. Namun, juga diharapkan agar masyarakat yang hendak mudik Lebaran tetap menjaga ketertiban dengan mematuhi rambu lalu lintas, sehingga perjalanan mudik jadi lebih lancar. Bambang mengakui, ada beberapa titik rawan kemacetan yang sudah diidentifikasi bersama antara Kementerian PU, kepolisian, dan pemerintah daerah. Hasil keputusan bersama diputuskan bahwa di beberapa titik rawan kemacetan itu akan dibuat pagar betis serta perlu ada respons yang cepat bila terjadi kemacetan lalu lintas. Sementara itu, Dirut PT Jasa Raharja Diding S Anwar mengemukakan, Jasa Raharja telah mengalokasikan tambahan anggaran sebesar 15 persen untuk membayarkan santunan bagi korban kecelakaan lalu lintas selama arus mudik Lebaran 2010. Jasa Raharja mengalokasikan dana santunan untuk korban kecelakaan lalu lintas sekitar Rp 1,5 triliun. "Jumlah ini adalah konsekuensi dari meningkatnya korban kecelakaan lalu lintas, khususnya menghadapi arus mudik Lebaran tahun ini," kata Diding S Anwar, usai menyerahkan satu unit mobil ambulance kepada PT KAI dan membagikan 10.000 kipas gratis kepada pemudik di Stasiun KA Senen. Di lain pihak, pemudik melalui angkutan darat, baik bus maupun kereta api, mulai menunjukkan peningkatan. Pemudik dengan bus sudah meningkat 5 persen dibanding hari biasa. Stasiun Senen pun mulai dipadati calon penumpang sejak Jumat pagi (3/9). Ketua Umum Organisasi Angkutan Darat (Organda) sekaligus Direktur Utama Lorena Transportasi Group Eka Sari Lorena Soerbakti mengatakan, kenaikan mulai terlihat sejak H-10, tetapi belum signifikan. Dijelaskannya, rata-rata kenaikan mencapai 5 persen dibanding hari biasa. "Itu pantauan kami di sejumlah titik pemberangkatan hingga kemarin. Tapi, akhir pekan ini jumlahnya akan meningkat," tuturnya. Sementara itu, sepekan menjelang Lebaran ini, Stasiun Besar Pasar Senen mulai dipadati pemudik. Kendati belum terlihat anterian panjang di loket, namun para calon penumpang sudah mulai berdatangan sejak Jumat pagi. Padahal, kebanyakan dari para pemudik itu baru akan berangkat dengan kereta sore. "Biar bisa dapat duduk," ujar Djarwo, seorang pemudik yang akan pulang kampung ke Kebumen, Jawa Tengah. Pada Jumat kemarin, jumlah pemudik di Stasiun Senen diperkirakan sudah mencapai 6.000 penumpang. Mereka akan berangkat menuju sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada hari-hari sebelumnya, data yang ada di kantor stasiun, jumlah penumpang hanya sekitar 4.500 orang. Di sisi lain, permintaan tiket pesawat di sejumlah agen menjelang Lebaran juga melonjak, bahkan hingga tiga kali lipat dari sebelumnya. Desi, petugas agen tur dan travel Mandiri di Jakarta Timur, mengatakan, permintaan tiket pesawat menjelang Hari Raya Idul Fitri melonjak sekitar tiga kali lipat dibanding hari biasanya. "Sudah satu pekan yang lalu permintan tiket pesawat untuk H-7 hingga H-1 meningkat, terutama tujuan ke Sumatera," katanya. Menurut dia, jika biasanya hanya menjual hingga 25 tiket per hari, namun kini meningkat tiga kali lipat menjadi 70 hingga 80 tiket pesawat per hari yang terjual. Sebanyak 50 persen permintaan tiket pesawat didominasi tujuan ke Sumatra, seperti Padang, Medan, dan Palembang, serta 30 persen tujuan ke Jawa, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan Madura. Sedangkan sisanya, 20 persen, tujuan ke Denpasar, Bali, dan Kalimantan. Meningkatnya permintaan itu menyebabkan harga tiket pesawat juga naik, antara lain harga tiket pesawat tujuan Padang dijual sebelumnya Rp 550.000 menjadi Rp 700.000, Medan dari Rp 600.000 menjadi Rp 800.000, atau Yogyakarta dari Rp 500.000 menjadi Rp 600.000. "Harga tiket mulai naik sejak permintaan melonjak sepekan yang lalu. Ini karena stok tiket menjadi menipis," ujarnya. Dari Jawa Timur dilaporkan, jalan yang merupakan arus mudik tidak dalam kondisi layak 100 persen. Apalagi menghadapi lonjakan arus mudik Lebaran. "Kalau jalan kelas nasional sudah mantap, tapi jalan kelas provinsi tingkat kelayakannya masih 84 persen," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Jatim Gentur Sanjoyo Prihantono. Dia mengakui, masih belum layaknya kondisi jalan kelas provinsi ini disebabkan oleh lambannya proses perbaikan. Proyek peningkatan jalan yang ditenderkan pada Maret 2010, pekerjaannya dijadwalkan baru rampung pada November 2010. Beberapa ruas jalan provinsi yang belum tuntas pekerjaannya sehingga dinyatakan tak layak 100 persen itu, di antaranya Widang-Gresik dan Pasuruan-Probolinggo. Demikian juga proyek pelebaran "leher botol" Jalan Raya Duduksampeyan Gresik dan Situbondo juga masih berjalan sekitar 40 persen. Di kawasan Indonesia timur, beberapa titik ruas jalan jalur mudik Lebaran di Sulawesi Selatan masih berlubang dan sementara dalam perbaikan. Kepala Dinas PU Bina Marga Sulsel Abd Latief mengakui, ada beberapa titik jalan yang masih berlubang, sehingga pengguna jalan diimbau berhati-hati saat melintas di jalur itu. (Andrian/Budi Seno/Antara/Singgih BS)
sumber : http://www.rttmc-hubdat.web.id/rttmcnew/page.php?module=detail_berita&id=3756&teks=
No comments:
Post a Comment